Banyak orang yang mengejar prestasi di segala bidang, mereka menilai
kemampuan seseorang dari banyaknya piala atau penghargaan atas prestasi
yang telah diraihnya. Jika dirasa telah mengumpulkan aneka piala,
piagam, dans sertifikat di almari bufetnya, seseorang telah dikatakan
cukup berprestasi. Tetapi, apakah kita sudah mengerti apa sebenarnya
hakikat dari pengertian prestasi itu sendiri?
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2009:186) prestasi adalah hasil
yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan dan sebagainya). Menurut
Nasrun Harahap, prestasi adalah penilaian pendidikan tentang
perkembangan dan kemajuan siswa yang berkenaan dengan penguasaan bahan
pelajaran yang disajikan kepada siswa. Berbeda dengan Nasrun, Mas’ud
Khasan Abdul Qohar memberikan definisi prestasi sebagai apa yang telah
dapat diciptakan dari hasil pekerjaan, hasil yang menyenangkan hati yang
diperoleh dengan cara keuletan kerja. Prestasi dapat bersifat tetap
dalam sejarah kehidupan manusia karena sepasang kehidupannya selalu
mengejar prestasi menurut bidang dan kemampuan masing-masing. Prestasi
belajar dapat memberikan kepuasan kepada orang yang bersangkutan,
khususnya orang yang sedang menuntut ilmu di sekolah.Prestasi meliputi
segenap ranah kejiwaan yang berubah sebagai akibat dari pengalaman dan
proses belajar siswa yang bersangkutan.
Dari beberapa
pendapat tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian prestasi
adalah suatu hasil yang telah dicapai sebagai bukti usaha yang telah
dilakukan.
Terkait dengan hasil yang telah dicapai sebagai bukti yang telah
dilakukan, jika kita kaitkan dengan apa saja yang telah kita perbuat
untuk para santri kita agar mereka berprestasi tentu saja menjadi topik
yang takkan lekang dan lapuk dimakan zaman. Pertanyaan ini akan terus
beriringan dengan upaya-upaya kita sebagai asatidz maupun karyawan di
PPMI Assalaam yang berkewajiban penuh membimbing dan membina santri.
Tulisan sederhana berikut akan berusaha mengupas bagaimana sebaiknya
mengupayakan agar santri kita terus dapat berprestasi bukan hanya di
bidang akademik tentunya tetapi juga di seluruh lini kehidupan nantinya.
Jadi tepat kiranya, slogan “Santri Berprsetasi, Yes!” kita terapkan
secara konsisten.
Remaja dan segala permasalahannya memang menjadi kajian yang menarik dan
tak kunjung kering sebagai wadah penelitian. Santri sebagai komunitas
remaja mempunyai kehidupan sosial individual yang “agak” sedikit berbeda
dengan remaja lainnya yang tidak dididik di lembaga pesantren. Remaja
di luar akan menghadapi tantangan yang berbeda dengan santri yang hidup
24 jam di lingkungan pesantren. Dunia santri mempunyai keunikan
tersendiri. Oleh sebab itu, sebagai pendidik dan pengasuh di pesantren
ini sudah sepantasnya kita harus memahami kondisi riil santri kita di
lapangan. Hal-hal baik apa saja yang dapat diambil dan diterapkan pada
santri kita ada baiknya sesegera mungkin diberlakukan.
Mengapa harus segera diterapkan? Tak lain dan tak bukan terkait dengan
upaya meningkatkan prestasi santri kita. Adalah merupakan kebutuhan
pokok para santri agar prestasi mereka terdata, terseleksi, dan
tersalurkan. Hak mereka untuk dipenuhi kebutuhannya sedangkan kewajiban
kita sebagai pendidik dan pengasuh (guru dan karyawan) memberikan hak
itu terwujud demi prestasi santri yang terus berpijar.
Menengok pendapat Muray dalam Ali (2008 : 290) yang mendefinisikan
prestasi sebagai berikut
“To overcome obstacle, to exercise power, to
strive to do something difficult aswell and as quickly as possible”.
Kebutuhan untuk berprestasi adalah mengatasi hambatan, melatih kekuatan,
berusaha melakukan sesuatu yang sulit dengan baik dan secepat mungkin”.
Kebutuhan untuk berprestasi ini ternyata bukan hanya di bidang akademik
saja, melainkan juga merambah ke area luar akademik, seperti tuntutan
kemampuan untuk cerdas mengatasi persoalan hidup.
Tuntutan hidup yang dihadapi remaja era sekarang kian kompleks sehingga
muncul konflik antara area yang berbeda dalam hidupnya. Santri kita
hidup dalam asrama. Kegiatan di asrama vs kegiatan akademik terkadang
saling tumpang tindih. Padatnya kegiatan di asrama atau ekstrakurikuler
menyebabkan banyak santri tidak bisa fokus berprestasi di dunia
akademik. Muncullah konflik antara area sosial vs individual. Secara
sosial, santri diharapkan aktif dalam mengikuti semua kegiatan dari
asrama. Secara individual, ada pertentangan batin santri ingin berkiprah
aktif di akademis mereka secara penuh. Tentu saja hambatan semacam ini
lantas tidak menjadikan kita langsung menyalahkan siapa atau lembaga
mana yang ikut andil bersalah karena tidak akan menuntaskan masalah.
Solusi efektiflah yang diperlukan di sini.
Seberapa efektif santri dapat beradaptasi dengan tekanan akademik dan
sosial yang baru ini, ditentukan oleh faktor psikologis, motivasional,
dan kontekstual. Di sisi lain, terkadang santri yang pandai kurang
memiliki daya juang sehingga mudah menyerah dan tidak yakin akan
kemampuan dirinya untuk menyelesaikan persoalan akademis. Proses
prestasi dilatarbelakangi oleh adanya motivasi intrinsik dan esktrinsik.
Motivasi intrinsik didasarkan pada faktor internal seperti
self-determination, rasa ingin tahu, rasa tertantang, dan upaya
individu. Sedangkan motivasi ekstrinsik melibatkan insentif dari luar
diri seperti reward and punishment. Motivasi ekstrinsik berkorelasi
negatif dengan prestasi, sementara motivasi intrinsik berkorelasi
positif dengan prestasi. Motivasi intrinsik ini meliputi:
Pertama, Self Determination dan Personal Choice Self Determination (Deci
& Rian dalam Ali, 2008: 201) menyatakan remaja memiliki keinginan
untuk meyakini bahwa ia melakukan sesuatu karena kehendaknya sendiri,
bukan karena rewards eksternal. Berdasar penelitian, memberikan remaja
beberapa pilihan dan memberinya kesempatan memikul tanggung jawab
pribadi akan meningkatkan motivasi intrinsik dan minat dari dalam diri
untuk mengerjakan tugas sekolah. Siswa menentukan tujuan yang ingin
dicapainya sendiri, merencanakan bagaimana mencapainya, dan memonitor
sendiri kemajuan dari upaya pencapaian tujuan tersebut.
Kedua, Optimal experiences and flow juga diperlukan dalam proses
prestasi secara intrinsik ini. Mihaly Csikszentmihalyi mengungkapkan
bahwa optimal experiences adalah ketika individu menghayati adanya
perasaan bahagia yang mendalam. Sedangkan flow adalah istilah yang
digunakan untuk mendeskripsikan optimal experiences dalam kehidupan.
Flow sering muncul ketika: individu mengembangkan sense of mastery dan
berada dalam kondisi konsentrasi penuh ketika melakukan aktivitas.
Aktivitas harus cukup menantang untuk dipecahkan.
Ketiga, Interest minat and mastery motivation oriented. Minat berkaitan
erat dengan proses pembelajaran siswa secara mendalam. Sedangkan
orientasi materi motivasi adalah cara pandang di mana individu
memusatkan perhatiannya pada tugas dibandingkan pada kemampuannya. Hal
ini memiliki efek positif meningkatnya orientasi penyelesaian masalah
sehingga meningkat pula tampilan kerjanya.
Aspek lain dari motivasi intrinsik menekankan pentingnya lingkungan
belajar yang mendorong siswa untuk terlibat secara kognitif dan
bertangung jawab atas pembelajarannya sendiri. Memberi materi
pembelajaran yang memiliki makna bagi siswa, khususnya dalam situasi
nyata sejalan dengan minat siswa dan kompetensi, cenderung akan
meningkatkan motivasi dan minat. Oleh sebab itu, penting bagi guru untuk
mendorong siswa agar termotivasi secara intrinsik dan menciptakan
lingkungan belajar yang dapat meningkatkan keterlibatan kognitif dan
tanggung jawab siswa untuk belajar.
Selain itu, siswa juga harus memiliki self efficacy yaitu suatu
kepercayaan bahwa seseorang mampu mengatasi situasi dan menghasilkan
hasil kerja. Dengan adanya self efficacy tinggi, remaja akan mampu
berkata kepada dirinya sendiri dan lingkungannya bahwa dia “mampu”
mengatasi masalahnya. Remaja akan optimal prestasinya jika orangtua dan
guru memiliki harapan yang tinggi pada remaja dan memberi dukungan yang
dibutuhkan agar remaja dapat mencapai expectations (harapan-harapan)
tersebut.
Terakhir, agar prestasi terakomodir dengan baik, jangan melupakan
penetapan tujuan (goal), perencanaan (planning), dan monitor diri
sendiri (self-monitoring). Ketiganya merupakan hal yang penting bagi
pencapaian prestasi remaja. Self-efficacy (keyakinan diri) akan
meningkat jika remaja menetapkan tujuan yang spesifik dan menantang.
Setelah menetapkan tujuan, remaja perlu merencanakan cara agar ia dapat
mengatur waktu secara efektif, menentukan mencapai tujuan tersebut
sebagai prioritas, dan terorganisir. Remaja yang berprestasi memonitor
diri dan secara sistematik mengevaluasi kemajuan pencapaian tujuan.
Ditambah dengan manajemen waktu membuat remaja lebih produktif, tidak
tertekan, dan memiliki keseimbangan pengaturan waktu.
Secara teori, santri dapat terakomodir prestasinya jika mereka memiliki
motivasi intrinsik dan ekstrinsik tersebut di atas. Tinggal bagaimana
mentor, dalam hal ini, adalah para pendidik dan pengasuh yang akan
memfasilitasi santri agar tetap terpacu berprestasi. Di bawah ini akan
diuraikan bagaimana mengupayakan santri kita agar terus berprestasi.
Bukannya memberikan rasa pesimis sehingga tumbuh keraguan merasuki dada
santri yang membuat merkea tidak akan pernah bisa maju.
1. Jangan sekali-kali memaksa santri dan menuntut mereka untuk belajar
terus-menerus. Akibatnya hanya akan semakin memberatkan mereka. Hal ini
akan sangat berbahaya untuk daya ingatnya. Salah-salah malah membuat
mereka bertambah malas dengan adanya paksaaan ini. Ingat, berilah
pengertian dengan penuh cinta dan lemah lembut. Cara ini jauh lebih
efektif dibanding dengan paksaan dan kekerasan.
2. Memberikan motivasi terus-menerus. Santri akan tersadar dan terpacu
untuk terus berprestasi yang membanggakan karena adanya dorongan dan
perhatian kepada mereka. Hal ini menambah rasa percaya diri mereka.
3. Memberikan fasilitas yang bagus dan selengkap mungkin. Santri akan
semakin terpacu berprestasi dan tidak mudah bosan. Jika fasilitas sangat
minim sedikit banyak hanya akan menghambat santri yang ingin berkarya.
Seperti pengadaan internet misalnya, sebaiknya santri tetap diberi akses
untuk mengunduh bahan dari internet. Dengan internet, sebagian hal bisa
mudah dikerjakan secara tuntas dan cepat. Untuk itu, pengadaan internet
bagi santri ini harus dengan berbagai pertimbangan dan kebijakan
tertentu.