Friday, August 30, 2013

How to be CanCeRia

Banyak orang yang mengejar prestasi di segala bidang, mereka menilai kemampuan seseorang dari banyaknya piala atau penghargaan atas prestasi yang telah diraihnya. Jika dirasa telah mengumpulkan aneka piala, piagam, dans sertifikat di almari bufetnya, seseorang telah dikatakan cukup berprestasi. Tetapi, apakah kita sudah mengerti apa sebenarnya hakikat dari pengertian prestasi itu sendiri? Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2009:186) prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan dan sebagainya). Menurut Nasrun Harahap, prestasi adalah penilaian pendidikan tentang perkembangan dan kemajuan siswa yang berkenaan dengan penguasaan bahan pelajaran yang disajikan kepada siswa. Berbeda dengan Nasrun, Mas’ud Khasan Abdul Qohar memberikan definisi prestasi sebagai apa yang telah dapat diciptakan dari hasil pekerjaan, hasil yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan cara keuletan kerja. Prestasi dapat bersifat tetap dalam sejarah kehidupan manusia karena sepasang kehidupannya selalu mengejar prestasi menurut bidang dan kemampuan masing-masing. Prestasi belajar dapat memberikan kepuasan kepada orang yang bersangkutan, khususnya orang yang sedang menuntut ilmu di sekolah.Prestasi meliputi segenap ranah kejiwaan yang berubah sebagai akibat dari pengalaman dan proses belajar siswa yang bersangkutan.
Dari beberapa pendapat tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian prestasi adalah suatu hasil yang telah dicapai sebagai bukti usaha yang telah dilakukan.
Terkait dengan hasil yang telah dicapai sebagai bukti yang telah dilakukan, jika kita kaitkan dengan apa saja yang telah kita perbuat untuk para santri kita agar mereka berprestasi tentu saja menjadi topik yang takkan lekang dan lapuk dimakan zaman. Pertanyaan ini akan terus beriringan dengan upaya-upaya kita sebagai asatidz maupun karyawan di PPMI Assalaam yang berkewajiban penuh membimbing dan membina santri. Tulisan sederhana berikut akan berusaha mengupas bagaimana sebaiknya mengupayakan agar santri kita terus dapat berprestasi bukan hanya di bidang akademik tentunya tetapi juga di seluruh lini kehidupan nantinya. Jadi tepat kiranya, slogan “Santri Berprsetasi, Yes!” kita terapkan secara konsisten. Remaja dan segala permasalahannya memang menjadi kajian yang menarik dan tak kunjung kering sebagai wadah penelitian. Santri sebagai komunitas remaja mempunyai kehidupan sosial individual yang “agak” sedikit berbeda dengan remaja lainnya yang tidak dididik di lembaga pesantren. Remaja di luar akan menghadapi tantangan yang berbeda dengan santri yang hidup 24 jam di lingkungan pesantren. Dunia santri mempunyai keunikan tersendiri. Oleh sebab itu, sebagai pendidik dan pengasuh di pesantren ini sudah sepantasnya kita harus memahami kondisi riil santri kita di lapangan. Hal-hal baik apa saja yang dapat diambil dan diterapkan pada santri kita ada baiknya sesegera mungkin diberlakukan. Mengapa harus segera diterapkan? Tak lain dan tak bukan terkait dengan upaya meningkatkan prestasi santri kita. Adalah merupakan kebutuhan pokok para santri agar prestasi mereka terdata, terseleksi, dan tersalurkan. Hak mereka untuk dipenuhi kebutuhannya sedangkan kewajiban kita sebagai pendidik dan pengasuh (guru dan karyawan) memberikan hak itu terwujud demi prestasi santri yang terus berpijar. Menengok pendapat Muray dalam Ali (2008 : 290) yang mendefinisikan prestasi sebagai berikut
“To overcome obstacle, to exercise power, to strive to do something difficult aswell and as quickly as possible”. 
Kebutuhan untuk berprestasi adalah mengatasi hambatan, melatih kekuatan, berusaha melakukan sesuatu yang sulit dengan baik dan secepat mungkin”. Kebutuhan untuk berprestasi ini ternyata bukan hanya di bidang akademik saja, melainkan juga merambah ke area luar akademik, seperti tuntutan kemampuan untuk cerdas mengatasi persoalan hidup. Tuntutan hidup yang dihadapi remaja era sekarang kian kompleks sehingga muncul konflik antara area yang berbeda dalam hidupnya. Santri kita hidup dalam asrama. Kegiatan di asrama vs kegiatan akademik terkadang saling tumpang tindih. Padatnya kegiatan di asrama atau ekstrakurikuler menyebabkan banyak santri tidak bisa fokus berprestasi di dunia akademik. Muncullah konflik antara area sosial vs individual. Secara sosial, santri diharapkan aktif dalam mengikuti semua kegiatan dari asrama. Secara individual, ada pertentangan batin santri ingin berkiprah aktif di akademis mereka secara penuh. Tentu saja hambatan semacam ini lantas tidak menjadikan kita langsung menyalahkan siapa atau lembaga mana yang ikut andil bersalah karena tidak akan menuntaskan masalah. Solusi efektiflah yang diperlukan di sini. Seberapa efektif santri dapat beradaptasi dengan tekanan akademik dan sosial yang baru ini, ditentukan oleh faktor psikologis, motivasional, dan kontekstual. Di sisi lain, terkadang santri yang pandai kurang memiliki daya juang sehingga mudah menyerah dan tidak yakin akan kemampuan dirinya untuk menyelesaikan persoalan akademis. Proses prestasi dilatarbelakangi oleh adanya motivasi intrinsik dan esktrinsik. Motivasi intrinsik didasarkan pada faktor internal seperti self-determination, rasa ingin tahu, rasa tertantang, dan upaya individu. Sedangkan motivasi ekstrinsik melibatkan insentif dari luar diri seperti reward and punishment. Motivasi ekstrinsik berkorelasi negatif dengan prestasi, sementara motivasi intrinsik berkorelasi positif dengan prestasi. Motivasi intrinsik ini meliputi: Pertama, Self Determination dan Personal Choice Self Determination (Deci & Rian dalam Ali, 2008: 201) menyatakan remaja memiliki keinginan untuk meyakini bahwa ia melakukan sesuatu karena kehendaknya sendiri, bukan karena rewards eksternal. Berdasar penelitian, memberikan remaja beberapa pilihan dan memberinya kesempatan memikul tanggung jawab pribadi akan meningkatkan motivasi intrinsik dan minat dari dalam diri untuk mengerjakan tugas sekolah. Siswa menentukan tujuan yang ingin dicapainya sendiri, merencanakan bagaimana mencapainya, dan memonitor sendiri kemajuan dari upaya pencapaian tujuan tersebut. Kedua, Optimal experiences and flow juga diperlukan dalam proses prestasi secara intrinsik ini. Mihaly Csikszentmihalyi mengungkapkan bahwa optimal experiences adalah ketika individu menghayati adanya perasaan bahagia yang mendalam. Sedangkan flow adalah istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan optimal experiences dalam kehidupan. Flow sering muncul ketika: individu mengembangkan sense of mastery dan berada dalam kondisi konsentrasi penuh ketika melakukan aktivitas. Aktivitas harus cukup menantang untuk dipecahkan. Ketiga, Interest minat and mastery motivation oriented. Minat berkaitan erat dengan proses pembelajaran siswa secara mendalam. Sedangkan orientasi materi motivasi adalah cara pandang di mana individu memusatkan perhatiannya pada tugas dibandingkan pada kemampuannya. Hal ini memiliki efek positif meningkatnya orientasi penyelesaian masalah sehingga meningkat pula tampilan kerjanya. Aspek lain dari motivasi intrinsik menekankan pentingnya lingkungan belajar yang mendorong siswa untuk terlibat secara kognitif dan bertangung jawab atas pembelajarannya sendiri. Memberi materi pembelajaran yang memiliki makna bagi siswa, khususnya dalam situasi nyata sejalan dengan minat siswa dan kompetensi, cenderung akan meningkatkan motivasi dan minat. Oleh sebab itu, penting bagi guru untuk mendorong siswa agar termotivasi secara intrinsik dan menciptakan lingkungan belajar yang dapat meningkatkan keterlibatan kognitif dan tanggung jawab siswa untuk belajar. Selain itu, siswa juga harus memiliki self efficacy yaitu suatu kepercayaan bahwa seseorang mampu mengatasi situasi dan menghasilkan hasil kerja. Dengan adanya self efficacy tinggi, remaja akan mampu berkata kepada dirinya sendiri dan lingkungannya bahwa dia “mampu” mengatasi masalahnya. Remaja akan optimal prestasinya jika orangtua dan guru memiliki harapan yang tinggi pada remaja dan memberi dukungan yang dibutuhkan agar remaja dapat mencapai expectations (harapan-harapan) tersebut. Terakhir, agar prestasi terakomodir dengan baik, jangan melupakan penetapan tujuan (goal), perencanaan (planning), dan monitor diri sendiri (self-monitoring). Ketiganya merupakan hal yang penting bagi pencapaian prestasi remaja. Self-efficacy (keyakinan diri) akan meningkat jika remaja menetapkan tujuan yang spesifik dan menantang. Setelah menetapkan tujuan, remaja perlu merencanakan cara agar ia dapat mengatur waktu secara efektif, menentukan mencapai tujuan tersebut sebagai prioritas, dan terorganisir. Remaja yang berprestasi memonitor diri dan secara sistematik mengevaluasi kemajuan pencapaian tujuan. Ditambah dengan manajemen waktu membuat remaja lebih produktif, tidak tertekan, dan memiliki keseimbangan pengaturan waktu. Secara teori, santri dapat terakomodir prestasinya jika mereka memiliki motivasi intrinsik dan ekstrinsik tersebut di atas. Tinggal bagaimana mentor, dalam hal ini, adalah para pendidik dan pengasuh yang akan memfasilitasi santri agar tetap terpacu berprestasi. Di bawah ini akan diuraikan bagaimana mengupayakan santri kita agar terus berprestasi. Bukannya memberikan rasa pesimis sehingga tumbuh keraguan merasuki dada santri yang membuat merkea tidak akan pernah bisa maju. 1. Jangan sekali-kali memaksa santri dan menuntut mereka untuk belajar terus-menerus. Akibatnya hanya akan semakin memberatkan mereka. Hal ini akan sangat berbahaya untuk daya ingatnya. Salah-salah malah membuat mereka bertambah malas dengan adanya paksaaan ini. Ingat, berilah pengertian dengan penuh cinta dan lemah lembut. Cara ini jauh lebih efektif dibanding dengan paksaan dan kekerasan. 2. Memberikan motivasi terus-menerus. Santri akan tersadar dan terpacu untuk terus berprestasi yang membanggakan karena adanya dorongan dan perhatian kepada mereka. Hal ini menambah rasa percaya diri mereka. 3. Memberikan fasilitas yang bagus dan selengkap mungkin. Santri akan semakin terpacu berprestasi dan tidak mudah bosan. Jika fasilitas sangat minim sedikit banyak hanya akan menghambat santri yang ingin berkarya. Seperti pengadaan internet misalnya, sebaiknya santri tetap diberi akses untuk mengunduh bahan dari internet. Dengan internet, sebagian hal bisa mudah dikerjakan secara tuntas dan cepat. Untuk itu, pengadaan internet bagi santri ini harus dengan berbagai pertimbangan dan kebijakan tertentu.